Soal Pertama : (Mewujudkan Daya Tahan)
Kelas
X (Sepuluh) merencanakan piknik, kali
ini dipilih ke Pulau Junda. Sebuah pulau
yang belum dihuni manusia. Dan dari buku Geografi hanya
dijelaskan bahwa pulau tersebut
punya pantai yang sempit yang hanya bisa untuk
mendarat tongkang, tidak ada
listrik. Pulau kecil
dengan luas 30,29
hektar itu menjadi sasaran piknik para
petualang untuk dapat
memuaskan rasa penasaran akan
misteri semak belukar dan uji
nyali bagi para pemberani. Pagi itu
12 siswa Kelas X memutuskan berangkat,
membawa peralatan kemping, bekal
makan - minum untuk perjalanan 8 hari…… Setelah berputar-putar mencari
tempat sandaran, didapatlah batu
sandaran.
Hari pertama dan kedua dilalui dengan
petualangan yang mengasyikkan. Tiba hari ketiga terdengar gelegar ombak, perahunya pecah.
Berhari-hari mereka cemas tak pasti.
Keluarga mereka menunggu dengan harap cemas. Polisi mengumumkan badai
dan gelombang bisa berlangsung
lebih dari tiga bulan.
Tidak ada perahu dan Heli yang bisa mendekat. Para pelajar mulai cemas,
lima orang mengalami sakit, hari ke 7 makanan mulai menipis. Haqi salah seorang
diantara mereka, berinisiatif mengumpulkan
teman-temannya. “Kawan, kalau badai ini terus
berlangsung bagaimana,
sementara persediaan makanan
kita semakin habis, Apa yang harus kita lakukan ?” tanya Haqi.
“Gak ada yang bisa dilakukan, kamu sih kenapa ajak kesini ?” sergah Dodik temannya. “ Ya, Haqi ngawur dan nekat ajak kita kesini” tambah
Totoy.
“Kenapa kalian
mau dan ikut, aku kan tidak
pernah memaksa, kalian yang ikut sendiri !
Sekarang suka tidak suka kita
sudah disini, harus menerima kenyataan ini” tandas Haqi.
Sampai hari kesepuluh, mereka masih berdebat
saling menyalahkan kenapa harus ke pulau ini.
Sampai kapan mereka akan terus saling
menyalahkan ?
Apa yang seharusnya dilakukan, bila ternyata
sampai 4 bulan gelombang tinggi terus
menghajar pulau itu ?
Bagaimana
mengatasi konflik diantara mereka ?
Soal Kedua : (
Mewujudkan Daya Saing )
Alkisah, di sebuah
pulau yang dihuni 5000-an penduduk, mereka hidup dengan nyaman. Menyandarkan
hidup dari bercocok
tanam dan menangkap
ikan/nelayan, mereka hidup sederhana di gua
atau rumah kayu beratap
daun. Setelah kebutuhan dasarnya terpenuhi, mereka menginginkan hidup yang lebih baik,
mereka tidak bisa lagi hidup di
gua atau beratap daun. Mereka perlu membangun rumah, beli perabot dan
sekolahkan anak. Mereka menyadari kebutuhannya tidak cukup diproduksi di pulau
itu. Mereka memerlukan barang-barang
seperti semen untuk membangun, perlengkapan toilet, kaca dan lainnya
untuk peningkatan hidup. Masalahnya, dari mana mereka dapat uang ? Apa yang bisa ditukarkan ? Disinilah masalah Daya Saing menjadi
sebuah pertanyaan.
Bagaimana mereka
merancang dan mewujudkan Daya Saing ?
Bagaimana agar tidak
konflik dan dapat
terwujud sinergitas antar anggota
masyarakat ?
Soal Ketiga : (
Mewujudkan Keunggulan yang berkelanjutan )
Setelah tahap kedua
diatas terlampaui, mereka mendapatkan apa yang diinginkan lewat karya dan
bertukar kebutuhan dengan warga
pulau lainnya. Kini warga pulau itu menyadari bahwa manusia dipulau-pulau
lain banyak yang hidupnya lebih
menderita dari mereka, namun juga ada yang lebih maju. Warga
cendikia diantara mereka menyampaikan usul bahwa untuk mewujudkan Keunggulan harus dengan cara
memberikan sumbangan pada dunia sekitarnya.
Mereka juga sadar apa yang telah dicapai hingga saat ini bisa
hilang, karena itu harus dipertahankan.
Tak ada pilihan agar kualitas hidupnya meningkat, maka kemampuan individual
dan sosial warga pulau itu harus terus meningkat secara berkelanjutan.
Bagaimana mewujudkan
sesuatu yang bermanfaat
besar bagi warga dunia ?
Bagaimana menjaga
keberlanjutan apa yang sudah dicapai ?
Apa yang harus
dilakukan agar dapat terus meningkatkan kualitas dan kuantitas Daya Tahan, Daya
Saing dan Keunggulan ?
Soal Keempat : (
Mewujudkan keunggulan Bojonegoro yang berkelanjutan)
Menjawab soal
keempat ini sebagaimana kasus diatas, sebenarnya juga menjawab bagaimana
membangun Bojonegoro.
1. Bagaimana Bojonegoro dapat memenuhi kebutuhannya secara
mandiri seperti pangan, energy, pendidikan dan lainnya ? Apa saja Kebutuhan
yang harus dipenuhi ? Bagaimana cara
mewujudkannya ? Berapa lama waktu diperlukan ?
(Modal apa yang sudah ada, masalah apa yang dihadapi dan
bagaimana menyelesaikannya ? )
2. Bagaimana
Bojonegoro dapat menciptakan Daya Saing ?
3. Bagaimana
Bojonegoro dapat mewujudkan Keunggulan yang berkelanjutan ?
Soal Pertama : (Mewujudkan Daya Tahan)
Mereka
akan terus saling menyalahkan apabila diantara mereka tidak ada yang mampu
menjadi leader / pemimpin yang baik dalam sebuah kondisi yang tidak baik. Seorang
pemimpin yang dapat
memberikan solusi dari sebuah pertikaian, yang mampu berfikir jernih dan selalu
mempertimbangkan segala sesuatunya.
Seharusnya mereka menyadari awal dari tujuan dan niat
mereka berpetualang di Pulau Junda yang notabene adalah sebuah pulau yang kecil
dan tidak berpenghuni. Mereka juga seharusnya memahami dan memperhitungkan
kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi, sehingga mereka bisa
mempersiapkan segala sesuatu yang harus dilakukan ketika kemungkinan buruk itu
terjadi.
Namun saling menyalahkan dalam kondisi seperti ini adalah
hal paling bodoh yang tidak seharusnya mereka lakukan, yang hanya menghabiskan
waktu dan tenaga. Dalam kondisi yang tertekan seperti ini, mereka harus tetap
bisa berfikir jernih untuk mencari jalan keluar, bukannya berdebat yang hanya
akan menimbulkan konflik, perpecahan dan pertikaian diantara mereka. Pada
awalnya mereka kan mempunyai tujuan yang sama yaitu mencari kesenangan dan
menguji nyali mereka?!
Berfikir positif, tetap tenang serta kreatif adalah kunci
bagi mereka untuk tetap dapat bertahan di pulau Junda tersebut. Apabila mereka
mau untuk berfikir positif, pulau seluas 30,29 hektar bisa mereka manfaatkan
untuk melatih mereka bertahan hidup di alam bebas, melatih kemandirian mereka
serta rasa tanggung jawab mereka sebagai seorang teman antara satu dengan yang
lainnya.
Waktu yang tersisa bisa mereka manfaatkan untuk
memperbaiki perahu mereka yang pecah. Apabila perahu yang mereka gunakan tidak
mungkin lagi dapat diperbaiki, mereka dapat memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang
ada di hutan untuk dijadikan sebagai rakit.
Persediaan mereka
yang kian menipis dapat diatasi dengan cara mencari ikan atau kerang dan
binatang-binatang laut yang lainnya. Alam juga meyediakan segala sesuatu untuk
dapat dimanfaatkan oleh makhluk lainnya seperti manusia.
Jadi yang harus mereka lakukan adalah menghentikan
pertikaian dan saling menyalahkan, berfikir positif dan kreatif serta menjaga
kesehatan serta kebugaran agar dapat tetap bertahan jika keadaan yang paling
buruk menimpa mereka. Dan untuk mengatasi konflik yang ada adalah dengan cara
mengingatkan kembali tujuan mereka ke Pulau Junda adalah untuk bersenang-senang
dan menguji nyali mereka di pulau terpencil tersebut, jadi tidak ada yang harus
disalahkan. Toh ketika mereka terjebak di pulau
tersebut akan banyak pengalaman yang mereka dapatkan dan hikmah yang
dapat dipetik serta mempererat persahabatan mereka lebih dekat lagi.
Soal Kedua : (
Mewujudkan Daya Saing )
Sebenarnya
mereka mempunyai potensi yang sangat tinggi dari hasil mereka bercocok tanam
dan nelayan yang bisa mereka tukarkan dengan uang atau barang-barang yang
mereka inginkan dari pulau lain. Daya saing dari mereka dapat tercipta dari
keinginan mereka yang sama-sama ingin memajukan kehidupannya. Karena sudah
menjadi sifat dasar manusia yang selalu tidak terpuaskan hasratnya akan sesuatu
yang mereka inginkan. Maka dari itu apabila salah satu dari mereka telah
berhasil memajukan kehidupannya, maka secara tidak langsung hal itu dapat
menjadi stimulus bagi yang lainnya untuk turut serta memajukan kehidupannya
juga.
Karena persaingan dalam kehidupan adalah hal yang harus dilakukan untuk
menunjukkan mutu yang lebih bagus, jadi persaingan tersebut harus tetap dalam
koridor persaingan yang sehat dan tanpa diiringi konflik yang berkepanjangan.
Sehingga apa yang mereka impikan niscaya akan menjadi kenyataan.
Dalam persaingan (yang berkonotasi positif) antara
anggota masyarakat yang harus dilakukan agar tidak memicu konflik yang ada
adalah dengan cara memahami dan mengerti tujuan awal mereka dalam persaingan
tersebut,yaitu meningkatkan mutu kehidupan masing-masing. Namun tidak boleh
mereka melupakan bahwa mereka adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan
antara satu dengan yang lainnya. Untuk menciptakan sinergitas pada 5000
masyarakat ini, para petani bisa menukarkan hasil pertanian mereka dengan ikan
yang telah nelayan dapatkan. Jadi dukungan antara satu dan yang lainnya sangat
kuat, meskipun hakikatnya mereka hidup dalam persaingan.
Soal Ketiga : (
Mewujudkan Keunggulan yang berkelanjutan )
Untuk mewujudkan sesuatu yang bermanfaat besar bagi warga
dunia, kembali kepada pembahasan bahwa manusia selain sebagai
makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Hidup
manusia akan terasa lebih bermanfaat apabila manusia tersebut bermanfaat bagi
orang lain, sebagaimana Nabi Muhammad bersabda “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya”.
Setelah mereka mendapatkan apa yang telah mereka idamkan
dan mendapat kelayakan hidup yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya, serta mereka mengetahui dan menyadari bahwa ada yang jauh lebih
memprihatinkan kehidupannya dibandingkan dengan mereka, sudah menjadi tanggung
jawab mereka yang mampu untuk menolong yang tidak mampu, yang kuat membantu
yang lemah agar kehidupan yang mereka jalani jauh lebih bermanfaat dari
sebelumnya.
Untuk sesuatu yang bermanfaat bagi warga dunia, mereka
yang bercocok tanam dan para nelayan bisa mengekspor hasil panen dan hasil laut
mereka ke pulau lain atau bahkan ke negara-negara tetangga. Agar mereka yang hidup
di pegunungan, di padang pasir atau bahkan di kutub sekalipun yang tidak bisa
bercocok tanam ataupun bukan nelayan dapat merasakan bagaimana nikmatnya ikan
dan sayur-sayuran hasil panen mereka.
Kita tidak boleh cepat merasa puas untuk menjaga dan
mempertahankan yang telah dicapai dan harus konsisten dengan apa yang telah
kita lakukan dahulu sampai sekarang dan nanti. Sifat boros juga harus dihindari
sejauh mungkin agar kita tetap berada pada posisi yang kita inginkan, namun
sombong juga hal yang tidak patut dilakukan.
Dengan inofasi dan terobosan-terobosan serta percobaan
yang kita lakukan, kita dapat meningkatkan suatu kualitas, meningkatkan daya
saing serta daya tahan dan keunggulan kita. Keberanian dalam mengambil resiko
juga perlu dilakukan.
Dengan tidak cepat puas serta menjaga konsistensi maka
kita akan memperoleh keberlanjutan bahkan peningkatan atas apa yang telah
tercapai. Saat ini Bojonegoro sudah dapat dikatakan sebagai kabupaten yang
mandiri
dan merangkak menuju perubahan yang besar,kawasan
seluas kurang lebih 2.834 Km2 yang mana penduduknya sangat beragam dalam segi pencarian
biaya kehidupan juga akan menciptakan daya saing yang kuat. Sebagian kelompok masyarakat terdiri dari petani,
pedagang, penambang pasir, batu, pembuat bata, berkebun dan pengrajin.
Namun sangat disayangkan adalah dalam bidang pendidikan,
saat ini yang sering digembar-gemborkan adalah pendidikan berkarakter tetapi
banyak pendidiknya yang justru sama sekali tidak mempunyai karakter sama
sekali. Seharusnya sebagai seorang pendidik harus dapat dijadikan sebagai
contoh bagi murid-muridnya sehingga generasi bangsa ini ke depannya akan
menjadi lebih baik.
Yang perlu di benahi dari para pendidik adalah rasa
tanggung jawab mereka yang harus lebih di tingkatkan laig. Saya yakin apabila mereka mempunyai rasa tanggung jawab
yang besar terhadap murid-muridnya maka akan semakin maju
tidak hanya Bojonegoro, tetapi juga bangsa kita ini.
Batik Jenogoroan, ledre, Tembakau dan seni ukir merupakan aset yang harus pemerintah
kabupaten kembangkan. Ukiran “perjamuan terakhir” karya orang Bojonegoro dari
sebuah bengkel ukir di kawasan Teuku Umar beberapa waktu lalu mampu menembus pasar mancanegara dengan
harga yang fantastis. Hal itu merupakan sinyal yang baik untuk kemajuan
bidang-bidang lainnya.
Kita
mempunyai tambang minyak di Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan yang mempunyai
kapasitas produksi 25.800 liter/hari, di Desa Hargomulyo kita juga mempunyai
sekitar18 sumur dengan kapasitas produksi sekitar 12.700 liter/hari. Dan
apabila itu semua mampu kita explore secara mandiri, maka Bojonegoro kedepan
akan menjadi sebuah kota besar yang semakin Matoh karena masih banyak daerah
lain di sekitar Bojonegoro yang mempunyai tambang minyak sehingga kita punya
rasa percaya diri yang tinggi untuk bersaing dengan daerah-daerah lain.
Pemerintah seharusnya memberikan apresiasi bagi mereka
yang bergelut di bidang UKM agar dapat memancing masyarakat yang lainnya untuk
melakukan hal-hal yang lebih positif dan mandiri. Jangan sampai
masyarakat Bojonegoro mencari makan di tanah orang, karena sebenarnya tanahnya
sendiri sangat berlimpah ruah. Jangan sampai bojonegoro menjadi budak, karena
kita mampu menjadi raja.
Untuk mewujudkan keunggulan yang berkelanjutan adalah
dengan cara terus menjaga konsistensi dan terus berinofasi
dalam berkarya.
Pengenalan
produk-produk hasil karya Bojonegoro ke luar kota merupakan salah satu cara
untuk memperkenalkan sekaligus turut serta mensejahterakan masyarakat
Bojonegoro sendiri sehingga mampu menjadi Kabupaten kebanggaan serta menjadi
kota yang selangkah lebih maju dari kabupaten-kabupaten lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar